Bab 1. Bentuk dan ukuran bumi
1.
Bentuk
Bumi adalah
suatu benda yang bergerak bebas di ruang angkasa dan berbentuk seperti bola
Pembuktian
dari bentuk bola.
1°.
Melengkung dalam arah Utara – Selatan
2°.
Melengkung dalam arah Timur – Barat
3°. Apabila kita mendekati suatu
benda(menara,suar atau kapal) maka yang nampak lebih dulu ialah bagian atasnya,
kemudian bagian-bagian yang letaknya lebih rendah.
4°. Di tengah laut, batas bagian yang nampak dari
permukaan bumi berbentuk sebagai lingkaran.
5°. Bagian permukaan bumi yang nampak ini semakin
menjadi lebih besar, jika si penilik semakin lebih tinggi.
6°. Pada gerhana bulan, batas bayangan bumi yang
jatuh pada bulan berbentuk sedemikian yang hanya dapat disebabkan oleh sebuah
bola.
2.
Definisi-definisi Lingkaran-lingkaran di bumi
Poros bumi
= Garis menengah bola, keliling mana bumi perputar dalam satu hari.
Kutub-kutub
= Titik-titik potong perputaran bumi dengan poros bumi.
Katulistiwa
= Lingkaran besar pada jarak 90° dari kutub-kutub.
Irisan
permukaan bumi dengan bidang yang melalui titik pusat bumi.
Jajar = Lingkaran kecil sejajar
sebagai katulistiwa
Derajah
= Lingkaran besar melalui kutub-kutub
Lingkaran bujur =
Sebagian derajah dari kutub sampai ke bawah
Derajah pertama = Lingkaran bujur melalui Greenwich,
derajah 0.
3.
Koordinat-koordinat di bumi
Lintang = Busur derajah dihitung dari katulistiwa sampai
jajar yang melalui tempat
Itu. Dibedakan dalam lintang Utara dan Selatan dan dihitung dari 0°-90°.
Bujur = Busur terkecil dalam katulistiwa,
dihitung dari derajah nol sampai derajah
yang melalui tempat itu. Di bedakan dalam bujur Timur dan bujur Barat
dan dihitung dari 0°-180°.
Perbedaan
lintang (∆li) = Busur derajah antara jajar-jajar melalui dua buah tempat.
Perbedaan bujur (∆Bu) = Busur pada katulistiwa antara derajah-derajah
melalui dua buah tempat.
4.
Jajar-jajar istimewa daerah iklim
1° Lingkaran balik
Mangkara : jajar pada 23½° U.
2° Lingkaran balik
Jadayat : jajar pada 23½°
S.
3° Lingkaran kutub
utara : jajar pada 66½° U
4° Lingkaran kutub
selatan : jajar pada 66½° S
Lingkaran-lingkaran jajar ini membagi permukaan bumi dalam
5 bagian yang disebut daerah iklim.
5.
Ukuran Bumi
Ini ditentukan dengan jalan :
Pengukuiran derajah ialah mengukur panjang busur suatu
derajah di bumi.
Pengukuran ini terdiri atas :
a). Bagian astronomi : menentukan ∆li antara dua buah
titik pada derajah yang sama.
b). Bagian bumiawi
: menentukan jarak antara kedua titik tersebut.
Yang terakhir ini dilakukan dengan jalan
megukur langsung sebuah garis lurus tertentu (basis) dan selanmjutnya dengan
triangulasi (pengukuran segitiga).
Maka pada bumi yang berbentuk bola, kita
dapati :
∆li : 360°
= jarak :
keliling
Keliling derajah
6.
Penyimpangan dari bentuk bola
Panjang jari-jari bumi di dapat dari keliling derajah.
Pengukuran derajah pada berbagai lintang, menunjukkan
bahwa jari-jari bumi tidak semua sama panjang. Ternyata bumi tidak berbentuk
bular penuh, tetapi terpipih padab kutub-kutubnya. Bentuk sebenarnya adalah
mirip dengan sebuah steroid (elipsoid).
Steroid = benda yang terjadi dengan
memutarkan sebuah elips sekeliling poros
pendeknya.
Pipihan
bumi menurut Hayford
a - b ₌ 1
a
artinya
: Selisih antara jari-jari kat dan
jari-jari kutub adalah :
Akibatnya : Garis
menengah kat > panjang poros bumi.
7.
Bentuk elips dari derajah
a.
Ternyata bahwa :
Satu menit derajah pada lintang yang tinggi adalah lebih
panjang dari pada di lintang yang tinggi yang lebih rendah :
1' derajah pada kutub (1' 90) = 1861
m
1' derajah pada kat (1'0) = 1843
m
1'katulistiwa (1 kat) = 1855
m
Di dekat kat : menit –menit derajah < menit-menit
jajar, pada lintang yang sama
Pada lintang 06°35 : menit-menit
derajah = menit-menit jajar.
Pada lintang yang lebih tinggi:
menit-menit derajah > menit-menit jajar
b.
Mil Laut (International Nauctical Mile)
Nilai
menengah dari panjangnya satu menit (1861 – 1843 m = 1852 m )
2
Pada lintang-lintang ± 45 ̊ , panjang 1 menit
derajah adalah sama dengan 1 mil laut
Keliling bumi = 40.000.000 m ( bentuk
bola )
Jadi 1 mil laut = 40.000.000 = 1851,851 m
360
x 60 = 1852 m
Di dalam ilmu pelayaran, panjang
jari-jari bumi yang berbentuk bola ditentukan sebesar 6370 km.
Dari panjang ini berakibat bahwa :
1°
Lingkaran besar ₌ 2 n x 6.370 km ₌ 111,12 km
360
Jadi 1̒ Lingkaran besar ₌ 111.120 m ₌ 1852 m
60
Maka 1 mil laut adalah 1' (menit)
lingkaran besar dari bumi yang berbentuk bola.
c.
Lintang
geografis (Q)
Lintang geografis ialah sudut antara jari-jari bumi di tempat
sipenilik dan bidang katilistiwa.
Lintang geografis = tinggi kutub, sebab :
Normal tegak lurus bidang singgung pada sipenilik
Bidang katulistiwa tegak lurus arah kutub
d.
Lintang
geosentris (Q)
Lintang
geosentris ialah sudut antara jari-jari bumi di tempat sipenilik dan
bidang katulistiwa.
8.
1' jajar dan
1' ∆ bujur
9.
Pembagian
mata angin
Cakrawala setempat = Bidang melalui mata sipenilik normal
Garis Utara – Selatan = Irisan cakrawala setempat dengan bidang
derajah sipenilik.
Mawar pedoman = Menggambarkan cakrawala setempat.
Garis U – S dan garis T – B
yang ditarik tegak lurus padanya melalui titik pusat mawar, membagi mawar dalam
4 kwadran. Tiap kwadran di bagi dalam 8 surat, sedangkan surat dibagi lagi
dalam ½ surat dan ¼ surat.
Surat induk :
U,S,T dan B
Surat antara induk : TL,M,BD dan BL
Surat antara :
UTL,TIL,TM,SM dan seterusnya
Surat tambahan : U dikiri jarum pendek
TL di kanan jarum pendek dan
seterusnya.
Dalam penyebutan surat-surat,
kita hitung mulai dari U dan dari S (baik kearah T maupun ke arah B) sepanjang
3 surat ke muka, kemudian sepanjang 1 surat kembali dan seterusnya dalam urutan
tersebut.
Mawar juga di bagi dalam
derajat, dari U melalui titik T sampai 360° lagi pula dari U dan S ke arah dua
belah sisi sampai 90°. 1 surat = 11¼°.
Contoh penyebutan arah :
Barat daya = 225° =
S 45° B
TM =
112½° = S 67½°
T
North to East :
N
N ½ E
N x E
N x E ½ E
NNE
NNE ½ E
NE x N
NE ½ N
NE
NE ½ E
NE x E
NE x E ½ E
ENE
ENE ½ E
E x N
E ½ N
EAST to South :
E
E ½ S
E x S
ESE ½ E
ESE
SE x E ½ E
SE x E
SE ½ E
SE
SE ½ S
SE x S
SSE ½ E
SSE
S x E ½ E
S x E
S ½ E
Bab 11. Proyeksi peta
1). Untuk dapat menggambarkan permukaan bumi atau
sebagian dari padanya, di pergunakan
globe dan peta-peta.
Globe = bola dalam mana letak
berbagai titik pada permukaan bumi satu sama lain diberikan dalam perbandingan
yang sebenarnya.
Peta =
Gambaran bumi atau sebagian permukaan bumi pada bidang datar.
2). Loksodrom
Loksodrom adalah garis bumi yang membentuk
sudut-sudut yang sama dengan semua derajah.
Loksodrom istimewa adalah derajah-derajah, jajar-jajar, dan
katulistiwa.
Haluan adalah sudut antara garis lunas
kapal dan garis utara selatan
Jauh adalah jarak antara dua titik di bumi, di
ukur dengan mil laut sepanjang loksodrom.
Laju adalah kecepatan dinyatakan dalam mil tiap
jam.
3). Jaringan Pete
Jaringan peta adalah gambaran derajah-derajah dan
jajar-jajar di dalam peta terdiri atas garis-garis lurus yang saling memotong
tegak lurus.
Oleh karena permukaan bola tidak dapat di buka
maka sebuah peta tidak dapat memberikan gambaran yang sebenarnya dalam segala
hal. Kita dapat menentukan syarat-syarat tertentu terhadapnya misalnya :
Equivalen (sama luas) yaitu berbagai
luas-luas diberikan dalam perbandingan yang benar.
Eguidistan
(sama jarak) yaitu jarak-jarak terhitung dari suatu titik tertentu,
diberikan dalam perbandingan yang benar.
Konform
(sama sudut) yaitu sudut-sudut pada bola bumi berpindah di dalam peta tanpa
mengalami perubahan.
4). S k a l a
Skala adalah perbandingan antara panjang suatu
garis di peta dan panjang garis tersebut di bumi. Pada lazimnnya di tulis
bilangan pecahan dengan pembilang 1 misalnya skala 1 : 10000, artinya garis di peta itui harus
dikalikan 10.000 untuk mendapatkan panjang yang sebenarnya. Skala selalu
berhubungan dengan garis-garis dan bukan dengan luas-luas.
Misalnya skala peta = 1 , garis di bumi = AB
P
Dan gambaran di peta = ab
Maka ab = 1 x AB
p
5. Peta Laut
Untuk
kepentingan berlayar pada umumnya harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1 ̊ sudut sudut di bumi harus dapat di pindahkan ke peta,
tanpa perubahan (konform)
2 ̊ loksodorm (garis haluan) di peta harus dapat di lukiskan
sebagai garis lurus.
Peta yang memenuhi kedua syarat ini di sebut peta
bertumbuh.
Akibatnya pada peta ini :
1 ̊ derajah merupakan garis lurus ;
2 ̊ jajar-jajar merupakan garis lurus ;
3 ̊ tiap derajah 1 tiap jajar ;
4 ̊ derajah-derajah harus / satu sama lain ;
5 ̊ jajar-jajar harus / satu sama lain ;
6. Keterangan peta bertumbuh (Konstruksi Mencator)
Derajah-derajah,
jajar-jajar dan katulistiwa adalah loksodrom, jadi di peta merupakan
garis-garis lurus.
Di bumi derajah-derajah memotong katulistiwa 1, jadi juga di
peta.
Di bumi jajar-jajar memotong derajah-derajah 1, jadi di peta
jajar-jajar itupun merupakan garis-garis / katuilistiwa.
Ambillah
sekarang sebuah garis lurus mendatar, sebagai katulistiwa dan tentukanlah
skalanya pada katulistiwa.
Pada jarak
berapakah jajar-jajar sekarang harus di tarik untuk tiap menit ?
Panjang 1 ̊ jajar pada lintang 0 ̊ 1 ́ di bumi = 1 kat x cos
0 ̊ 1
Oleh karena derajah-derajah di peta itu di tarik /, maka 1 ̊
jajar di lukiskan sebagai 1 ́ jajar di lukiskan sebagai 1 ́ kat, jadi di
kalikan dengan sec 0 ̊ 1 ́.
Sekarang menit derajah dari 0 ̊-0 ̊-0 ̊1 ́ harus juga di
kaitkan dengan sec 0 ̊ 1 ́ dan di lukiskan sebagai 1 ́ kat x sec 0 ̊1 ́ .
Demikian pula, menit derajah dari 0 ̊1 ́ – 0 ̊2 ́ di lukiskan
sebagai 1 kat x sec 0 ̊2 ́ , dan seterusnya.
Pada jarak-jarak
inilah jajar-jajar tersebut harus di tarik.
Definisi
Peta bertumbuh = peta laut, dalam mana semua menit
Jajar = 1 ́ kat dan
Semua menit derajah = 1 ́ kat x secans lintangnya.
Jarak antara jajar pada lintang Q sampai katulistiwa, di peta
bertumbuh adalah secara mendekati :
{ sec 0 ̊ 1 ́ + sec 0 ̊ 2 ́ + sec 0 ̊3 ́ ……… + sec } x 1 ́
kat
7. Lintang bertumbuh (LB)
= pengukuran
lintang di dalam peta bertumbuh di ukur dengan menit-menit katulistiwa.
Maka kiata dapati :
LB = {sec 0 ̊ 1 ́ + sec 0 ̊ 2 ́ + sec 0 ̊ 3 ́ + ……. + sec } x
1 ́ kat.
Peta bertumbuh telah di temukan oleh Gerard Kremer (Mercator)
pada tahun 1569.
Peta berumbuh = peta lintang bertumbuh = peta Mercator.
8. Pembuktian konformitas peta berttumbuh.
Misalkan ABC
adalah segitiga siku-siku kecil di bumi / bola.
AB sepanjang derajah :
BC sepanjang jajar pada lintang :
Dan ABC adalah gambarannya di peta bertumbuh, skala pada
katulistiwa = 1/p.
Maka ab = 1 x AB
sec c dan bc = 1/p BC, sec
P
Jadi ab = bc ; akibatnya : ∆ ABC ~ ∆ abc
AB
BC
Dan < BAC = < bac
Kesimpulan :
sebuah lingkaran kecil di bumi (dengan jari-jari beberapa mil) mempunyai
gambaran di peta sebagai lingkaran pula ; semua jari-jarinya di kalikan dengan
secans.
9.Peta bertumbuh mempunyai
skala yang berubah.
Di dalam ( No.8) maka :
ac = ab = 1/p sec
AC
AB
Pada lintang Lb skalanya adalah
1/p sec (skala pada katulistiwa= 1/p)
Skala = skala x sec LB
Kat
Penjelasan : BC = RS. Cos LB
bc =
rs = rs
x sec LB
BC Rs cos LB
RS
10. Loksodrom di dalam peta bertumbuh
Pada bola bumi, loksodrom membentuk sudut-sudut yang sama
dengan semua derajah.
Sudut-sudut tersebut beralih tanpa perubahan di dalam pada
bertumbuh. Jadi di dalam peta, loksodrom membentuk sudut-sudut yang sama dengan
derajah, karena derajah-derajah adalah garis-garis lurus yang sejajar satu sama
lain.
Garis haluan yakni garis lurus di peta, yang di tarik oleh
nahkoda, dan di harapkan dapat di ikutinya, merupakan sebuah loksodrom.
11. Lingkaran besar di dalam peta bertumbuh
Apabila kita mengikuti besar pada bola bumi, maka kita
dapati bahwa sudut-sudut haluan (di hitung senama lebih besar)
Karena di dalam peta bertumbuh hal ini harus pula
demikian. Sedangkan derajah-derajah berjalan sejajar, maka gambaran lingkaran
besar di dalam peta bertumbuh terlukis sebagai garis lengkung dengan sisi
cekungnya ke arah katulistiwa.
12. Peta lintang menengah
= Peta laut, dalam mana semua menit jajar = 1 ́ kat.
Dan menit-menit derajah = 1 ́ kat x sec lmya
|
Konform : hanya pada lintang menengah ; di anggap cukup
konform, di dekat lintang menengah.
Di bandingkan dengan bola bumi, dalam mana skalanya =
skala sepanjang lm. Pada jajar di peta maka :
Menit derajah besarnya menjadi sama (tidak berubah)
Menit jajar di atas lm, menjadi lebih besar ;
Menit jajar di bawah lm, menjadi lebih kecil.
Akibatnya
a.
Sudut-sudut
haluan :
Di dekat lm : tidak berubah ;
Di atas lm : terlampau besar ;
Di bawah lm : terlampau kecil ;
b.
Loksodrom di
peta lm merupakan suatu garis agak melengkung dengan sisi cekungnya
ke arah katulistiwa.
c.
Lingkaran-lingkaran
pada bola bumi (dengan jari-jari beberapa mil saja) di dalam peta lm.
Di dekat lm : menjadi lingkaran ;
Di atas lm : menjadi elips,
dengan poros panjang pada jajar ;
Di bawah lm : menjadi elips dengan poros panjang pada derajah.
Sub a, b dan c merupakan pembuktian bahwa peta lm
adalah tidak konform.
Maka dari itu peta lm hanya terbatas pemakaiannya,
Apabila kesalahan dalam sudut haluan di kehendaki.
Agar < ½ ̊ , maka :
Pada lm =
0 ̊ , lintangnya harus setinggi 10 ̊ 30 ́ (lebar peta, 2.1 ̊)
Pada lm =
45 ̊ lintangnya harus setinggi 46 ̊ (lebar peta 2 ̊ )
Pada lm =
60 ̊ lintangnya harus setinggi 60 ̊ 30 ́ ( lebar peta 1 ̊ )
Pembuktian
:
Tg
45½ = m x sec l
m x sec lm
jadi
: sec l = tg 45½ ̊ x sec lm.
13. Peta datar
= peta lm dengan
katulistiwa sebagai lintang menengahnya.
Misalkan di dalam peta, derajah-derajah
dan jajar-jajar di tarik setiap ½ ̊ maka jaringan peta :
Pada peta LB : terdiri atas
empat persegi panjang yang semakin membesar sesuai pertumbuhan lintangnya (sisi
terpanjang pada derajah).
Pada lm : terdiri
atas empat persegi panjang yang sama dan sebangun (sisi terpanjang pada
derajah) ;
Pada peta dasar : terdiri atas
bujursangkar.
Peta LB Peta
Lm Peta
datar
14. Peta stereografis.
= proyeksi pada bidang singgung
yang berasal dari titik lawan (titik mata) dari pada titik singgung.
Sifat-sifatnya :
1 ̊ Sudut-sudut pada bola bumi
baralih ke dalam peta, tanpa perubahan (konform) :
2 ̊ lingkaran-lingkaran pada
bola bumi menjdai lingkaran pula di dalam peta.
Kecuali lingkaran yang melalui titik mata, terlukis di dalam peta
sebagai garis lurus.
Keadaan istimewa
a.
Peta
stereografis pada kutub
= bidang singgung pada kutub
Disini :
Derajah-derajah merupakan garis-garis lurus melalui kutub,
yang membentuk sudut yang sama dengan perbedaan bujur masing-masing.
Jajar-jajar merupakan lingkaran-lingkaran konsentrasi, dengan
kutub sebagai titik pusatnya.
b.
Peta
stereografis katulistiwa
= bidang singgung pada katulistiwa
Sub a dan b di
gunakan untuk peta bintang
15. Peta lingkaran besar (peta onomonis)
= Proyeksi pada bidang
singgung yang berasal dari titik pusat bumi.
Sifat-sifatnya (I) :
1 ̊ proyeksi dari lingkaran
besar merupakan garis lurus ;
2 ̊ Derajah-derajah dan
katulistiwa selalu merupakan garis lurus ;
3 ̊ Derajah-derajah berkumpul
di kutub ;
4 ̊ Derajah dari titik singgung
l katulistiwa dan jajar-jajar ;
Sifat-sifatnya (II) :
Proyeksi dari jajar merupakan
irisan kerucut, terbentuk oleh selubung kerucut, dengan puncaknya di titik mata
dan sumbunya berimpit dengan poros bumi.
Irisan kerucut ini dengan bidang singgung adalah proyeksi
dari jajar.
Maka :
μ < 90 ̊- β Proyeksi berupa hyperbola,
μ = 90 ̊ - β Proyeksi berupa parabola,
μ > 90 ̊ - β Proyeksi berupa elips.
Hanya konform di dekat titik
singgung, Di gunakan untuk melukis baringa-baringan radio.
x = titik singgung (40 ̊ U)
AB
= lingkaran besar
Keadaan istimewa
a.
Peta onomonis
kutub
= bidang singgung pada kutub.
Derajah-derajah merupakan garis-garis lurus melalui kutub,
yang membentuk sudut yang sama dengan perbedaan bujur masing-masing.
Jajar-jajar : merupakan lingkaran-lingkaran konsentrasi,
dengan kutub sebagai titik pusatnya.
Katulistiwa tidak terlukis di peta.
Di gunakan untuk pelayaran di darerah sekitar kutub.
b.
Peta onomonis
katulistiwa
= bidang singgung pada katulistiwa;
Kutub tidak dapat terlukis di peta.
Derajah-derajah merupakan garis-garis lurus dan tegak lurus
katulistiwa.
Derajah dengan : bujur 90 ̊ terhadap titik singgung tidak
dapat terlukis di peta.
Jajar-jajar semua merupakan hyperbola.
16. Peta ortografis
= Proyeksi tegak-lurus pada
bidang datar, dengan titik mata pada jarak tidak terhingga.
Sinar-sinar proyeksi satu sama
lain /dan 1 bidang proyeksi.
·
Digunakan
untuk peta permukaan bulan.
a1
– b1 proy.gnomonis
a2
– b2 proy.Stereografis
a3
– b3 proy.ortografis
M
= titik pusat bumi
X = titik singgung
L = titik lawan dari x
Bab III Berlayar menurut loksodrom
A.
Menjabarkan haluan
1.
Defenisi
Garis u S sejati = garis potong dari
bidang derajah angkasa dengan bidang datar.
Utara sejati (Us) =
arah dari proyeksi kutub utara angkasa pada bidang datar.
Haluan sejati
= sudut antara arah garis lunas dan garis U – S sejati
Derajah magnetis = bidang vertikal dalam mana jarum pedoman
menempatkan diri, hanya karena pengaruh magnetisma bumi.
Garis U – S magnetis = garis potong dari
bidang derajah magnetis dengan bidang datar.
Utara magnetis (Um) = arah yang di tunjuk oleh titik Utara mawar pedoman, hanya
karena pengaruh magnetisma bumi.
Haluan magnetis = Sudut antara arah garis lunas dan garis U – S magnetis.
2.
Variasi
= Sudut antara arah Us dan arah Um.
Variasi di sebut Timur
(+) , Jika Um berada di sebelah
Barat (-)
Timur dari Us
Barat
Besarnya variasi tergantung dari :
1 ̊ tempatnya di bumi ;
2 ̊ tahun
Di mana-mana di bumi variasi berubah sangat lambat ialah
beberapa menit busur tiap tahun.
Di dalam
peta laut inggris kita dapati misalnya :
… Var. n 15 ̊W (1970) decreasing ab1 10ń annually" (1) atau
… Var.n 9 ̊W (1970) increasing abt 10 ́
annualy" (2).
Sebutan "decreasing" (berkurang) dan increasing
(bertambah) berhubungan dengan nilai
mutlak variasi.
Maka untuk contoh (1), variasi pada tahun 1976 menjadi :
Var (1970) =
15° W
Pengurangan sampai
1976 : 6 x 10 = 1°
Var (1976) =
14°W
Variasi untuk suatu tempat di bumi dapat di cari dalam
1° peta laut
2° peta variasi
3° buku kepanduan bahari
Di dalam peta variasi terlukis garis-garis yang ditarik
melalui tempat-tempat dengan variasi yang sama dan senama :
Isogon = Garis di peta yang di tarik melalui tempat-tempat
yang sama variasinya.
Agon = Garis di
peta yang di tarik melalui tempat-tempat yang variasinya = nol
Isalogon = Garis di peta yang di tarik melalui tempat-tempat
dengan perubahan variasi yang sama.
3). Utara pedoman (up)
Utara pedoman
adalah arah yang ditunjuk oleh titik utara dari mawar pedoman di kapal.
Garis U – S
pedoman adalah garis melalui titik utara dan titik selatan dari mawar pedoman
di kapal, dibawah pengaruh magnetisma bumi bersama-sama dengan magnetisma
kapal.
Haluan pedoman
adalh sudut antara garis lunas dan garis U – S pedoman dikapal.
4). Deviasi ( salah
pedoman)
Deviasi adalah
Sudut antara Up dan arah Um
Deviasi disebut Timur (+), jika Up berada
di sebelah Timur dari Um
Barat(-) Barat
Besarnya deviasi adalah tergantung dari haluan pedoman yang
sedang dikemudikan. Deviasi yang telah ditentukan di kapal secara penilikan,
dicatat di dalam daftar (daftar kemudi).
Sembir adalah sudut antara Us dan arah Up.
Jumlah aljabar dari variasi dan deviasi.
5). Rumus
penjabaran haluan.
Menurut lukisan
pedoman di bawah ini kita dapati rumus umum sebagai berikut :
6). Rimban
Rimban adalah
sudut antara lunas dan air lunas. Disebabkan oleh angin pada lambung dan
bangunan atas dari kapal. Rimban di sebut +/- jika kapal di hanyutkan ke kanan
atau kiri di jabarkan pada Hs dengan tandanya.
Maka kita
dapati :
Hs yang di peroleh ialah haluan sejati yang telah diperbaiki
untuk rimban.
Hs yang di
peroleh = Hp + sembir + rimban
Contoh (1) :
Diketahui : Hp = 120°,
dev = -5° dan var = 8° Timur
Rimban
pada angin barat daya = 10°
Diminta : Hs yang diperoleh
Jawab : Hp
= 120°
Dev
= -5° +
Hm
= 115°
Var
= +8 +
Hs yg dikemudikan
=
123°
Rimban = -10°
+
Hs yg diperoleh =
113°
Menurut
lukisan pedoman :
Contoh (2) :
Diketahui : Hs yang
di peroleh = 235 ̊ , var = 10 ̊ Barat dan dev = + 3 ̊
Di minta : Hp
Jawab : Hs
yang di peroleh = 235 ̊
Rimban = 15 ̊
Hs
yang di kembankan = 250 ̊
var = -10 ̊
Hm = 260°
Dev = +3°
= 257°
7. Jenis laut
Di kapal yang sedang berlayar, satu
piantam (24 jam) di bagi dalam 6 penjagaan,
00 – 04 :
Jaga Larut Malam : 12 – 16 : Jaga
Siang Hari
04 – 0 8 :
Jaga Dini Hari : 16 - 20 : Jaga Petang Hari
08 – 12 :
Jaga Pagi Hari : 20 – 24 : Jaga
Malam Hari
B.
Perhitungan
Haluan dan jauh
(8) Maksud dan tujuan
1° menghitung lintang bujur
tempat tiba, jika di kerahui tempat tolak, haluan dan jauh.
2° Menghitung haluan dan jauh,
jika di ketahui tempat tolak dan tempat tiba.
(9) Defenisi
1. Lintang tolak (lo)
= lintang dari tempat tolak,
Lintang tiba (l1) = lintang dari tempat tiba.
Lintang menengah (lm) = lintang pertengahan antara I0
dan l1
Im = I0
+ I1
2
|
2. Perubahan lintang (∆I) =
busur derajah antara jajar-jajar yang melalui tempat tolak dan tempat tiba.
3. Bujur tolak (B0) = bujur dari tempat tolak.
Bujur tiba (B1) = bujur dari tenpat tiba.
Perubahan busur (∆ b) busur
katulistiwa antara derajah-derajah yang melalui tempat tolak dan tempat tiba.
4. Pada perhitungan haluan dan jauh
selalu di pakai haluan sejati.
Haluan-haluan harus di hitung
dari U atau S sampai 90°
∆I di sebut U , Jika
haluan di hitung mulai dari U
S
S
∆B di sebut T , jika haluan menuju ke arah
T
B arah B
1.
Pembagian
haluan-haluan :
Kita bedakan
Haluan siku-siku, menurut surat induk ( U-S, I-B ) dan haluan
serong.
2.
Haluan Utara
dan Selatan
=Perpindahan sepanjang derajah : hanya ada perubahan dalam
lintang.
∆l = jauh
I0 dan ∆I senama , ∆ L di tambahkan pada I0
Tak
senama di kurangkan dari
3.
Haluan Timur
dan Barat
= perpindahan sepanjang jajar, hanya ada perubahan dalam
bujur
Di sini jauh sepanjang jajar di sebut simpang
Apabila kita memperbandingkan busur pada jajar antara dua
lingkaran bujur dengan busur yang bersangkutan pada katulistiwa, maka kita
dapati :
Simp : ∆ Bu = keliling jajar : keliling kat
=
kel.kat x cos I : kel.kat.
= cos I :
1
Akibatnya :
Simp = ∆ Bu
x cos I atau ∆ Bu = simp. X sec I.
Selalu kita akan dapati :
simp < ∆Bu.
Hanya pada katulistiwa :
simp = ∆Bu.
B0 dan ∆B senama :
∆B di tambahkan pada B0
Tak senama di kurangkan dari
Perhitungannya dapat di lakukan :
1° dengan logaritma
2° dengan secans dan cosinus aseli
3° dengan daftar II dan III ilmu pelayaran
Daftar II :
Argumen : lintang (sampai 72°28 ́) dan mil-mil simpang kita
memperoleh : menit-menit ∆ bujur.
Interval
untuk lintang telah demikian di pilih, sehingga sampai simpang 500 mil, tanpa
interpolasi untuk lintang, kesalahan
dalam tempat tiba (dalam arah timur – Barat) berjumlah 1 mil laut.
Sampai
lintang 4° dan simpang 400° kita boleh menganggap simp = ∆ Bu.
Daftar III
Argumen lintang (sampai 72°28 ́) dan menit-menit. Bujur kita
memperoleh mil-mil simpang.
4.
Haluan serong
Misalkan pada bola bumi :
A = tempat tolak
B = tempat tiba dan C = titik potong dari derajah tempat
tolak dan jajar tempat tiba.
AB = loksodrom antara tempat tolak dan tempat tiba,
Maka A = sudut haluan
H
∆ ABC di
ssebut segitiga pelayaran.
a). Segitiga
pelayaran adalah segitiga pada bola bumi dengan sisi-sisi siku- siku ialah
jajar yang melalui tempat tiba dan derajah yang melalui tempat tolak dan
sebagai sisi miring ialah loksodrom.
Rumus-rumus :
∆li = j cos H ………………… (1)
Simp = j sin
H ……………….. (2)
Simp ₌
tg H …………………
(3)
∆l
Bukti :
Bagian AC = ∆li dalam
menit-menit (banyaknya = n). Tariklah melalui titik-titik bagi tersebut :
jajar-jajarnya. Tariklah melalui titik-titik potong jajar dan loksodrom,
(D,E,F……..) derajahnya. Terjadilah ∆∆ sebanyak n, (ADD', DEE', EFF ………..) Tersebut adalah ~
a + b + c + ………. = Simpang pada haluan serong.
b). Simpang dan ∆li pada haluan serong.
Simpang pada haluan serong adalah jumlah
simpang-simpang setiap menit mulai dari lintang tolak sampai lintang tiba.
1/n ∆li = 1/n j cos H
∆li = j cos H
j = ∆li sec H ………… (1)
1/n simp = 1/n j sin H
Simp = j sin H
j = simp cosec H …………(2)
simp = ∆li, tg H atau tg H ₌ simp .....(3)
∆li
14. Rumus-rumus untuk ∆bu
b). ∆Bu = simp sec lm
p = a sec (lo + 1') = 1/n simp sec (lo + 1')
q = b
sec (lo + 2') = 1/n simp sec (lo + 2') +
Bu = 1/n simp [sec (lo
+ 1') + sec (lo + s') + ………..+ sec l1]
= Simp
x Sec (lo + 1') + sec (lo
+ 2') + ……….+ sec l1
N
Rata-rata dari jumlah
secans-secans ini digantikan dengan sec lm, suatu nilai yang lebih
kecil dari padanya sehingga kita dapati
:
∆Bu =
simp sec lm (rumus pendekatan)
Simp = ∆Bu
cos lm
Catatan : kesalahan yang terbesar
di dapat pada haluan 3⅛ surat (35°)
Pada lm = 70° dan j = 350mil,
kesalahan dalam tempat tiba adalah < I
mil laut.
b). ∆bu = ∆LB
tgH (∆LB = LB11 – LB10)
p = 1/n simp sec (l0+1') = 1'
tgH sec(l0+1')
q = 1/n simp sec (lo+2') = 1' tgH sec(l0+2') +
∆Bu = 1'tgH[sec(l0+1') +
sec(l0+2') +……+ secl1]
= [sec(l0+1') + sec(l0+2')
+……+ sec10x1']x tgH
= ∆LB x tgH
Dan th H ₌ ∆Bu
∆LB
(jika l0
dan l1 tidak senama ∆LB = LBl1 + LBl0)
15). Penjelasan-penjelasan
:
1° ∆Bu = Simp sec lm
dan ∆Bu = ∆LB tg H
Pada H = 90° maka tg H = ~ dan
∆LB = nol
Jadi kita pakailah ∆Bu = simp sec lm
2° jika H>85°, maka tg H
menjadi semakin besar sekali, kesalahan dalam ∆LB yang terjadi oleh pembulatan
∆Li dan LB1 akan beralih dengan lebih diperbesar pada ∆Bu. Pada H>85°,
kita pakailah ∆Bu = simp sec lm
3° j = ∆li sec H dan j = simp cosec H
Kedua rumus tersebut secara ilmu pasti adalah benar. Jika haluannya di
bulatkan maka kita ambil :
j = ∆li sec H untuk
∆li > simp
j = simp cosec H untuk
simp > ∆li
Jauh selalu di tentukan dengan nilai terbesar dari ∆li atau simp.
4° Mengenai besarnya ∆li dan simp
dapat dilukiskan sebagai berikut :
Jika a). H < 45° maka simp <
∆li
b). H = 45° maka simp = ∆li
c). H > 45° maka simp > ∆li
5° Untuk H > 85° lebih baik
pakailah
Rumus
j = ∆li tg H cosec H
Disini log cosec H dapat di tentukan
dengan
Saksama, tanpa interpolasi yang teliti
terhadap H
16). Daftar 1
Argumen : haluan dalam
derajat-derajat dan surat-surat penuh.
Jauh 1 ……….450 mil, 500, 600
sampai 900 mil.
Menentukan ∆Bu dengan daftar 1
:
∆Bu = simp sec lm
J = ∆li sec H
Ambilah lm sebagai H
dan simp sebagai ∆li
Maka
: j = ∆Bu
∆Bu
= ∆LB tg H
Simp=
∆li tg H
Ambilah ∆LB sebagai ∆li maka simp
=∆Bu
17). Segitiga Mercator
Segitiga siku-siku di peta
bertumbuh yang dibentuk oleh derajah-derajah tempat tolak (A), jajar melalui tempat
tiba (B) dan loksodrom antara A dan B. Titik potong dari derajah dan jajar
tersebut adalah C. Gambaran segitiga pelayaran di peta bertumbuh. Keduanya di
sebut juga : segitiga haluan.
Diukur dengan menit tepi tegak :
BC ₌ Simp ₌ tg H
AC ∆li
Diukur dengan menit tepi datar
(menit Kat)
BC ₌ ∆Bu ₌ tg H
AC ∆LB
18). Penerapan
Menghitung tempat tiba
Diketahui : tempat tolak H dan J
Diminta : Tempat tiba
a). Dipecahkan menurut lm
li = j cos H, simp = j sin H dan ∆Bu =
simp sec lm
b). Dipecahkan menurut LB
li = j cos H dan ∆Bu = ∆LB tg H
Dapat di hitung dengan :
1° logaritma
2° ∆li di ambil dari daftar 1
∆LB tg H diambil dari daftar 1 (lihat
no 16)
Menghitung haluan dan jauh
antara 2 tempat
Diketahui : Tempat tolak dan
tempat tiba
Diminta : H dan j
a). Dipecahkan menurut lm
Tentukan ∆li (l0 – l1)
dan lm
∆Bu (Bo – B1) dan simp = ∆Bu
cos lm
Maka : tg H = Simp dan j =
simp cosec H atau j = lm sec H
∆li
Dapat di hitung dengan :
1° logaritma
2° simp diambil dari daftar 111,
tg H dalam 2 desimal dan H dari daftar 1, j dengan ∆li atau simp dari daftar 1.
b). dipecahkan menurut LB
tentukanlah ∆li (l0 – l1),
∆LB (LB1 – LB0) dan ∆Bu (B0 – B1)
tg H = ∆Bu dan j = ∆li sec H
∆LB
Dapat dihitung dengan :
1° logaritma
2° tg H dalam 3 desimal dan H dari
daftar 1j, dengan ∆li dan H dari daftar 1.
19). Skema perhitungan
1. Menghitung tempat tiba.
a). Menurut lm
tolak = (1)
U/S - (2) T/B
Tiba =
(6) U/S (9)
T/B
Simp
= (5)
Simp
Δbu
00
...........
0
...........
Keterangan :
b)
menurut LB
Tolak = (1)
U/S - (2) T/B
; LBo = (6)
ΔLB =
(8)
Log tg H =
. (9)
Log Δbu = .
(11)
Δbu =
. (12)
Keterangan :
II. Menghitung H dan J
(a)
Menurut Im
Tolak = (1) .U/S (2) . T/B
Δli = (5) . U/S
– Bu = (6) . T/B
Atau = ............. =
..............
Δli 00 ......
H
= U/S (10)
T/B dan j =
(11)
0 .......
Keterangan :
(1), (2), (3), (4), diketahui
(5), (6) ditambah atau dikurangkan
(7) ⅟2 Li
ditambahkan pada lintang yang terkecil
(8) lihat Dft III
(9) hasil bagi 3 sampai desimal
(10), (11) Lih.
Dft I
Dengan
Tg H. Mendapatkan H dan
dengan haluan ini
mendapatkan J
b). Menurut LB
Tolak = (1).
U/S (2). T/B ; Lbo (7)
Δli = (5) U/S
Bu= (6) ; T/B ; LB (9)
Atau =................
atau...............
Log Bu = (10)
Log tg H = (12)
H =
U/S (13) T/B dan J - (14)
Keterangan
:
(1), (2), (3), (4) diketahui
(5), (6) ditambah
atau dikurangkan
(7), (8) lih.
Dft XVii
(9) ditambah
atau dikurangkan
(10), (11) lih Dft. X
(12) dikurangkan
(13) dicari
kembali dalam dft. Viii
(14) lih.
Dft. I
Dengan H
tersebut mendapatkan J
(c). Haluan rangkai
(20).
Definisi
a) Tempat
duga = letak kapal yang diperoleh dari perhitungan
haluan dan jauh ( pedoman dan topdal)
b) Tempat
sejati = letak kapal yang diperoleh dari baringan
dan/atau penilikan benda angkasa
c) Perolehan
duga = haluan dan jauh dari tempat duga ke tempat sejati
d) Perolehan
sejati = haluan dan jauh dari tempat tolak ke tempat sejati
e) Salah
duga = haluan dan jauh dari tempat duga ke tempat
sejati
Disebabkan
oleh arus, rimban, sembir, yang salah, penunjukan topdal yang salah, mengemudi
kurang baik, dan sebagainya.
f) merangkai haluan = menjabarkan berbagai haluan dan jauh
menjadi satu haluan dan jauh (satu) perolehan duga serta menghitung tempat tiba
duga
(21) cara merangkai haluans
a)
Merangkai secara datar
1.
Ambilah jumlah aljabar dari semua Δli dan semua
simp. Untuk tiap haluan (dari dft I)
2.
Tentukanlah dari io dan jumlah Δli, nilai
im-nya ; jabarkan jumlah simp dengan im, menjadi Δbu (dft III) :
3.
Perolehan duga tg H
= Є simp
(dalam 2 desimal) dft I akan memberikan H
Є Δ li
b)
Merangkai secara bulatan
= merangkai,
dalam mana untuk tiap haluan ditentukan ΔBu-nya
Contoh
Dari 49 ̊ 14 U – 142 ̊ 18
B, kapal berlayar berturut-turut dengan HP sebagai berikut :
HP Jauh dev
191 ̊ 30 (+) 7 ̊
157 ̊ 28 ( ) 2 ̊
129 ̊ 44 ( ) 5 ̊
Variasi =
12 ̊ barat
Tempat tiba
sejati = 48 ̊ 00’ U –
142 ̊ 18’ B
Diminta : a) tempat tiba duga
b) perolehan duga
c) salah duga
JAWAB :
HP
|
Var
|
dev
|
Hs
|
j
|
Δ li
|
simp
|
||
U
|
S
|
T
|
B
|
|||||
259 ̊
191 ̊
157 ̊
129 ̊
|
12 ̊
12 ̊
12 ̊
12 ̊
|
3 ̊
7 ̊
2 ̊
5 ̊
|
S 64 ̊ B
S 06 ̊ B
S 37 ̊ T
S 68 ̊
|
38’
30’
28’
44’
|
....
....
....
....
|
16,7
29,8
22,4
16,5
|
....
....
16,9
40,8
|
34,2
3,1
....
....
|
|
85,4
|
57,7
37,3
|
37,3
|
|||||
85,4 20,4
=
1 ̊25,4
|
Tolak = 49 ̊ 14’ 0 U 142 ̊ 18’ 0 B
a)
Tiba = 47 ̊ 48’ 6 U 141 ̊ 47’ B simp ΔBu
b)
Perolehan duga = S 13 ̊, 5 T : 88 Mil 20,4 30,783
Tiba duga = 47 ̊ 48’ 6 U 141 ̊ 47’ B
Tiba sejati = 48 ̊ 00’ 0 U 142 ̊ 00’ 0 B
Δli =
11’ 4 U Bu = 12’
8 B im
= 47 ̊ 54, 3
Tg H = simp = 8,6
= 0,754 2 1,343
Δ li 11,4 0,8 0,537
+
c)
Salah duga = U 37 ̊
B ; 14,3 mil
(22) Menandingkan arus
=
Memperhitungkan kekuatan dan arah arus
Kekuatan arus = kecepatan dalam mil tiap jam
Arah arus = arah kemana bagian-bagian air
itu bergerak
Kita bedakan
3 macam keadaan
a)
Menghitung tempat tiba
Diketahui : tempat tolak,haluan, laju, dan kekuatan/
arah arus
Diminta : tempat tiba
Jawab : pada merangkai secara datar, arus
tersebut diperhitungkan sebagai haluan dan jauh
Pada
merangkai secara bulatan, arus tersebut diselipkan diantara haaluan-haluan,
selama ia mengalir.
b)
Menghitung salah duga
Diketahui : tempat tolak, haluan dan laju kapal dan
tempat sejati
Diminta : kekuatan dan arah arus (salah duga)
Jawa : dari tempat tolak haluan dan laju,
kita hitunglah tempat duga.
Tentukanlah
sekarang li, lm, dan Bu-nya
Ubahlah Bu
menjadi Simp (dft III)
Tg H = simp :
dengan H dan nilai terbesar dari li atau simp kita peroleh jauhnya
c)
Haluan dan jauh diatas arus
Haluan yang harus dikemudikan dan
jauh yang harus ditempuh dibawah pengaruh arus, untuk mencapai tempat tujuan.
Oleh karena haluan yang dikemudikan
itu, terhadap perjalanan yang ditempuh, terletak pada sisi atas dari arus,
ialah sisi dari mana arus itu datang, maka haluan yang dikemudikan itu disebut
haluan diatas arus.
Diketahui : tempat tolak, tempat tiba ,kekuatan/arah arus
dan laju kapal
Diminta : haluan yang harus
dikemudikan dan banyaknya mik yang harus ditempuh
Jawab :
I, secara konstruksi (dipeta laut)
:
Misalkan A
= tempat tolak ; B = tempat
tujuan
AD
= kekuatan / arah arus dan
AU = garis U – S sejati
Lukiskan dari D dengan DE (laju
kapal) sebagai jari – jari, sebuah busur lingkaran, yang memotong Abi di E
Tariklah AF // DE dan BF // AD, maka L UAF adalah
haluan diatas arus dan AF adalah jauh diatas arus
ll. Secara
perhitungan (ilmu ukur sudut) :
1° Hitunglah H(UAB)
dan j(AB) dari A ke B
Misalkan x = FAB dan
BAB – IV
NAVIGASI PANTAI
A.
Definisi.
1)
Titik – titik banringan ,sinar baringan dan baringan.
Navigasi pantai : penentuann tempat dengan pertolongan benda- benda darat yang
di cantumkan di dalam peta.
Membaring :
menentukan arah dalam mana kita dari kapal melihat suatu benda.
Titik baringan : benda yang di baring.
Sinar baringan : lingkaran besar antara titik baringan dan titik pusat mawar
pedoman.
Baringan magnet : sudut antara sinar baringan dengan arah utara pedoman.
Baringan pedoman: sudut antara sinar
baringan dengan dan arah utara pedoman.
Baringan sejati : sudut antara sinar baringan dan arah utara sejati.
Bs =
Bp + var + Dev.
Deviasi selalu mencari dengan haluan
pedoman yang di kemudikan paada saat membaring.
2)
Lengkung baringan.
Tempat kedudukan semua titik ,dalam
mana titik baringan yang sama itu memberikan baringan sejati yang sama.
Lengkung baringan ini memiliki sifat-
sifat sebagai berikut :
1° Ia berjalan melalui titik yang
baringan.
2° di titk ini ia membuat sudut
dengan derajah , sudut mana adalah sama dengan baringan sejati yang di peroleh.
3° sisi cembungnya menghadap ke
khatulistiwa
Garis baringan = garis lurus di peta laut yang di tarik
dari titik baringan berlawanan dengan baringan sejati.ia menyinggung lengkungan
di titk baringan ( garis singgung yang
bersifat loksodrom).
Pada baringan U dan S ,maka :
Lengkung baringan = sinar baringan = garis baringan.
Juga di khatulistiwa pada baringan T
dan B.
Sampai jarak 600 mil ,garis baringan
boleh menggantikan lengkungan baringan.
Jadi baringan suatu benda yang nampak
, pada umumnya akan memberikan suatu garis lurus di peta,dalam mana si penilik
berada.
B.
Menentukan jarak ke sebuah benda.
(tinggi benda di atas permukaan air telah di ketahui)
3)
Pembagian.
Tinggi benda yang di ambil dari peta
atau daftar suar,harus dijabarkan lebih dahulu hingga tinggi di atas permukaan
air pada saat penilikan tersebut.
Di bedakan menjadi tiga bagian ;
-
1° benda di muka tepi langit ;
-
2° puncak benda pada tepi langit;
-
3° benda di belakang tepi langit ( nampak sebagian ).
4)
Jarak benda.
a)
Benda di muka tepi langit.
Kita mengukur sudut puncak – penilik
– garis air.
Misalkan sudut yang di ukur = α dan
tinggi benda = H maka:
Jarak (dalam mil)= H cotg α dalam meter
1852
Kesalahan dalam jarak ; Δ = h cotg Q
Akan menjadi semakin kecil apabila:
h
; semakin kecil dan,
Q
; semakin besar.
Di sini kita abaikan ;
1° tinggi mata ( jadi si penilik harus menempatkan diri
serendah mungkin.
2° bahwa titik dari
garis air untuk penggukuran adalah lebih dekat letaknya dari pada titik dari
garis air tegak lurus di bawah puncak benda.
3° reflaksi
bumiawi.
Dalam daftar 25 memberikan jarak dala mil ,untuk tinggi
benda dalam meter dan sudut yang di ukur.jarak maksimum 6 mil.
b)
Puncak benda pada tepi langit.
Jarak dalam mil si penilik :
Tepi
langit – 2,08 V h (h = tinggi mata dalam meter)
Jarak dalam mil tepi langit :
Benda –
2,08 V H (H= tinggi benda dalam meter )
Jadi jarak dalam mil si penilik :
Benda
– 2.08 (V h + V H )
Daftar 16
memberikan jarak pada saat puncak berada nampak di tepi langit, untuk
tinggi mata dan tinggi benda dalam meter.
Rumus daftar 16 : jarak = 2,08 ( V h + V H ).
c)
Benda di belakang tepi langit (nampak sebagian )
Metode hengeveltd.
Ukurlah tinggi puncak benda di atas tepi langit dan
kurangilah tinggi tersebut dengan penundukan
tepi langit maya dan refleksi bumiawi ,sehingga mendapatkan tinggi yang
di perbaiki (α)
Reaf.bumiawi dalam menit = 1 x jarak duga dalam mil.
12
Misalkan α = tinggi yang di perbaiki ; M = modulus
h = tinggi
mata : r = jari-jari bumi.
H = tinggi
benda : x = jarak busur
Maka di dalam
. ͘. APB :
Sin ( 90° + α ) = r
+ H
Sin B r + h
Cos α = r + H
Cos ( α + χ ) = r
+ h
Sec ( α + χ ) = ɿ +
H/r
Sec α = ɿ + h/r
Log sec (α+χ) log sec α = log (ɿ + H ) – log (ɿ + h
)
r r
log sec ( α + χ ) – log sec α = H x M h x M
r r
r log sec (α + χ
) r log sec α = H – h
M M
. ͘. r log sec ( α + χ ) = r log sec α + H - h
M M
Misalkan r log sec α =
F ( α ) maka :
M
F ( α + χ ) = F ( α + H – h )
Daftar 26 A memberikan nilai r /M
log sec. Suatu sudut dengan r dalam meter untuk sudut – sudut dari 0° -
10°
Catatan :log 1,0001 = 0,0001 x 0,434294 = 0,0001
x M
log 1,0002 = 0,0002 x 0,434294 = 0,0002
x M
log ( ɿ + p ) = p x M
contoh :
kita mengukur tinggi puncak gunung di atas tepi langit =
2°24ˊ tinggi gunung adalah 3820 meter.tinggi mata = 10 meter, menurut letak
duga ,jarak ke gunung tersebut adalah ± 40 mil , di minta : jarak menurut
pengukuran tersebut.
Jawab :
Tinggi yang di ukur =
2°24ˊ,0
Penundukan tepi langit maya = 5ˊ,6
(daftar 18 )
Refl.bumiawi ( 1 x jarak duga) = 3ˊ,3
12
Tinggi yang di perbaiki =
2°15ˊ,1
Daftar 26 A untuk α = 2°15ˊ,1 F(α) =
4913
H h =
3810
F
( α + χ ) =
8723
Di cari kembali di daftar 26 A
α
+ χ = 3°00ˊ,0
α =
2°15ˊ,1 -
.
͘. α =
0°44ˊ,9
Jadi jarak = 44,9 mil.
5)
Jarak pada baringan melintang.
Apabila suatu benda telah di baring
derta jaraknya telah di tentukan , maka kita dapat menghitung berapakah
jaraknya ketika benda tersebut melintang dan berapa mil lagi yang harus di
tempuh , pada haluan yang di kemudikan itu.\
Nilai – nilai tersebut dapat segera
kita tentukan dengan pertolongan daftar I ialah sebagai berikut :
Ambilah α = sebagai
haluan,dan
J = sebagai jauh.
Maka j sin α di dapat pada lajur
simpang dan j cos α pada lajur Δ lintang.
C.
Penentuan tempat oleh baringan – baringan.
6)
Iktisar pembagian baringan.
1.
Satu benda di baring satu kali :
a)
Baringan dengan jarak.
b)
Baringan dengan baringan.
c)
Baringan dengan garis tinggi.
2.
Satu benda di baring dua kali.
a)
Baringan dengan geseran.
b)
Baringan dengan sudut berganda.
c)
Baringan empat surat.
d)
Baringan istimewa.(Bar. 26 ⅟₂° terhadap haluan)
3.
Di baring dua benda.
a)
Baringan silang.
b)
Baringan silang dan geseran.
c)
Baringan dengan penggukuran sudut dalam bidang datar.
4.
Di baring tiga benda.
a)
Baringan silang dan baringan pemeriksa.
7)
I a. Baringan dengan jarak.
1.
Baringlah benda tersebut pada pedoman.
2.
Jabarkanlah baringan pedoman menjadi baringan sejati.
3.
Tariklah di peta garis lurus melalui benda yang di baring
,dalam arah yang berlawanan dengan Bs.
4.
Ambilah pada tepi tegak ,pada lintang dari benda yang di
baring banyaknya mil jarak di dalam jangka.
5.
Jangkakan bagian ini pada garis baringan tersebut mulai dari
benda yang di baring ,titik yang di dapat adalah posisi kapal.
8)
I b. Baringan dengan peruman.
1.
Baringlah benda tersebut pada pedoman.
2.
Jabarkanlah baringan pedoman menjadi baringan sejati.
3.
Tariklah di peta garis lurus melalui benda yang di baring
,dalam arah yang berlawanan dengan Bs.
4.
Tentukan kedalaman air oleh peruman , bersamaan dengan
membaring benda yang di kenal.
5.
Jabarkan lah hasil peruman tersebut sampai muka surutan
dari peta.
6.
Carilah pada garis baringan suatu kedalaman ,yang sama
dengan kedalaman yang telah di jabarkan itu.
7.
Jika ada suatu titik yang demikian ,maka itula posisi
kapal (S) penting juga mengetahui jenis dasar laut.
9)
I c. Baringan dengan garis tinggi.
1.
Baringlah benda tersebut pada pedoman.
2.
Jabarkanlah baringan pedoman menjadi baringan sejati.
3.
Tariklah di peta garis lurus melalui benda yang di baring
,dalam arah yang berlawanan dengan Bs.
4.
Hitunglah letak dan arah garis tinggi berdasarkan
pengukuran tinggi benda angkasa.,pada saat yang sama.
5.
Tariklah garis tinggi tersebut di dalam peta.
6.
Titik potong dari garis baringan dan garis tinggi adalah
posisi kapal (S).
7.
Jika garis tinggi jatuh sama dengan derajah makak
penentuan tempat ini di sebut baringan pada bujur ( S 2 ) .
8.
Jika garis tinggi jatuh sama dengan jajar di sebut
baringan dengan pada lintang ( S 3 ).
10) 2a.Baringan dengan
geseran.
1.
Benda yang sama di baring dua kali ,dengan berobah tempat
anatara baringan – baringan tersebut.
2.
Baringlah benda tersebut pada pedoman.
3.
Jabarkanlah baringan pedoman menjadi baringan sejati.
4.
Tariklah di peta garis lurus melalui benda yang di baring
,dalam arah yang berlawanan dengan Bs.
5.
Baringlah ( setelah selang waktu demikian hingga baringan
– baringan tersebut berbeda paling sedikit 30° ) lagi benda yang sama pada
pedoman ; setelah di jabarkan menjadi
baringan sejati ,tariklah garis baringan ke – II ini di peta dan catatlah
waktunya.
6.
Tentukanlah berdasarkan selisih waktu tersebut dan laju
kapal , jauh , yang di tempuh dan jangkalah ini ke arah garis haluan.
7.
Tariklah melalui titik yang di dapat ini ,sebuah garis
sejajar dengan garis baringan I.
8.
Titik potong terhadap garis baringan II dan garis baringan
ke I yang telah di geserkan adalah posisi kapal (S).
11) 2b. Baringan sudut
berganda.
Baringan dengan geseran dalam mana
garis baringan ke II terhadap haluan adalah 2 x Baringan I terhadap haluan.
Jadi jarak ke benda yang di baring
pada Bar-II adalah sama dengan jauh yang di geserkan antara kedua baringan
tersebut.
1.
Baringlah benda A pada pedoman dan catatlah waktunya.
2.
Bacalah haluan pedoman dan tentukanlah sudut antara garis
baringan dan garis haluan , misalnya 25° pada lambung kiri.
3.
Baringalah lagi benda tersebut pada pedoman ,jika baringan
telah bertumbuh sampai 2 X 25° = 50° pada lambung kiri dan catatlah lagi
waktunya.
4.
Jabarkanlah baringan – II menjadi baringan sejati.
5.
Tentukanlah dari selisih waktu tersebut jauh yang di
tempuh (sesuai laju kapal ) jauh ini
adala sama dengan jarak dari kapal sampai benda yang di baring pada baringan ke
– II.
6.
Tariklah di peta ,mulai dari benda yang di baring ,sebuah
garis lurus dalam arah berlawanan dari baringan ke –II .selanjutnya
jangkakanlah mulai dari benda yang di baring pada garis tersebut jauh yang di
tempuh itu .titik yang di dapat (S),adalah posisi kapal pada baringan ke –II.
Cara melukisnya di peta ,cukup hanya
baringan –II saja ,dan menjangka jarak AC yang sama dengan jauh BC anatara
kedua baringan tersebut.
12) 2c. Baringan empat surat.
Baringan sudut berganda dalam mana
baringan ke – II di lakukan bilaman benda itu melintang.
Di sini baringan – I adalah 45°(4
surat ) terhadap haluan;jadi Bar – II harus tepat melintang ( 90° = 8 surat ) terhadap haluan.
Sekarang kita dapati jarak terpendek
,dalam mana benda yang di baring itu di lewati.
Konstruksi di peta adalah sama
seperti halnya pada baringan sudut berganda.
13) 2d. Baringan Istimewa.
Untuk dapat mengetahui pada jarak
berapakah benda itu akan melimpang.
1.
Baringlah benda ,apabila ini tiba pada 26⅟₂°terhadap
haluan dan catatlah waktunya.
2.
Baringlah lagi benda tersebut ,apabila baringanya pada
lambung yang sama menjadi 45°dan catatlah lagi waktunya.
3.
Sekarang jika kapal dengan laju yang sma ,masih terus
berlayar dalam selang waktu yang sama ,jadi menempuh jarak yang sama ,maka
benda tersebut akan melintang pada lambung yang sama .pada saat tersebut jarak dari
kapal sampai benda yang di baring adalah sama dengan jauh anatara 2 baringan
yang pertama.
4.
Jadi pada baringan ke – II kita sudah mengetahui di manan
kapal akan tiba ,jika benda yang di baring itu melintang dan karenanya dapat
mengambil tindakan seperlunya ( misalnya
jika tiba terlampau dekat pada pantai.
Untuk konstruksi di peta.
Jika benda A di baring pada pukul
09.00 dalam arah yang membentuk sudut 26⅟₂°dengan garis haluan ,dan pada pukul 09.20
baringan tersebut membentuk sudut 45°dengan garis haluan ,serta selama jangka
waktu 20 menit itu jarak yang di tempuh ,adalah misalnya 4 mil.
Maka AD = CD = 4 mil.
Jadi benda A akanmelintang pada pukul
09.40dengan jarak 4 mil.
14) 3a. Baringan Istimewa.
Baringan dari dua benda yang di kenal
,tanpa perubahan tempat.
1.
Baringlah benda A dan B pada pedoman secara segera dan
berurutan.
2.
Jabarkanlah baringan – baringan tersebut menjadi baringan
sejati (Bs)
3.
Tariklah mulai dari A dan B ,garis lurus dalam arah yang
berlawanan dengan baringan sejati
masing- masing.
4.
Titik potong dari kedua garis baringan adalah posisi kapal
( S ).
Gambar.
15) 3b. Barinagn silang dan
geseran.
Baringan dari dua benda yang di kenal ,dalam mana antara penilikan –
penilikan tersebut ,di adakan geseran.
1.
Baringlah benda A pada pedoman dan catatlah waktunya
;serta jabarkanlah Bp menjadi Bs.
2.
Tariklah garis baringan – I dar A ,berlawanan dengan arah
Bs – I dan tentukanlah titik potong C
dengan garis haluan.
3.
Baringlah benda yang kedua ,setelah berselang beberapa
waktu lamanya ,dan catatlah waktunya ,serta jabarkanlah Bp menjadi Bs;
4.
Tentukanlah jarak yang di tempuh dan jangkakan ini (CD)
pada arah haluan ,serta tariklah garis baringan –I yang di geserkan melaui D;
5.
Tariklah dari benda B garis baringan – II berlawanan
dengan arah Bs- II titik potong Sadalah posisi kapal pada baringan ke – II.
16) 3c. Baringan dengan
penggukuran sudut dalam bidang datar.
1.
Baringlah pada pedoman ,salah satu dari kedua benda
,misalnya A, dan ukurlah sekaligus sudut
dalam mana a dan B terlihat dengan Sekstan (α).
2.
Jabarkanlah Bp menjadi Bs ,dan tariklah dari A garis lurus
dalam arah berlawanan dengan baringan.
3.
Lukislah di titik sembarang C pada garis ini.garis CD yang
membentuk sudut dengan AC ,yang sama dengan sudut yang telah di ukur.(α).
4.
Tariklah dengan mistar jajar dari B garis lurus yang
sejajar pada CD; titik potong S dari garis ini dengan garis baringan – I adalah
posisi kapal.
17) 4 Baringan
Tiga benda.
Pada baringan silang mengambil pula
baringa – III sebagai baringan pemeriksa.
Apabila tidak ada kesalahan
–kesalahan maka garis-garis baringan tersebut akan berjalan melalui satu titik
.sebagai akibat dari adanya kesalahan baringan ,terjadilah apa yang di sebut
segitiga kesalahan.
Misalkan kesalahan tersebut hanya
terjadi karena pemakaian sembir ( Var +
Dev ) maka posisi kapal dapat di tentukan sebaga berikut :
-
Dengan memutarkan ketiga garis – garis baringan.
-
Dengan stationpointer.
-
Dengan kertas bening.
-
Dengan lingkaran – lingkaran luar.
18) Konstruksi di peta.
a)
Dengan memutarkan ketiga garis – garis baringan.
Ketiga garis baringa tersebut di
putarkan sama banyaknya (Δb) dalam arah yang sama ,sehingga ketiga garis
tersebut berjalan melalui satu titk ( S ).
b)
Station pointer.
-
Kaki – kaki (mistar- mistar ) yang dapat bergerak ,supaya
membentuk sudut – sudut dengan kaki yang tetap sebesar sudut – sudut antara
garis – garis baringan.
-
Stationpointer di taruhkan di atas peta sedemikian hingga
sisi tajam dari mistar – mistar itu jatuh berimpit melalui ketiga benda
baringan.
-
Maka titik pusat pembagian lingkaran memberikan tempat
sejati (S).
19) Segitiga kesalahan .
Pada kesalahan baringan yang sama
pada umumnya letak kapal ada di luar segitiga kesalahn tersebut.
Hanya apabila si penilik ada di dalam
segitiga titik baringan ,maka letak kapal ada di dalam segitiga kesalahan
tersebut:
Dengan kata lain :
1.
Apabila ketiga titk baringan itu terletak pada busur
cakrawala <180°,maka si penilik ada di luar segitiga kesalahan.
2.
Apabila ketiga titik baringan itu terletak pada busur
cakrawala >180° , maka si penilik ada di dalam segitiga kesalahan.
20) Pengaruh kesalahan
pedoman.
Kesalahan – kesalahan baringan dapat
terjadi apabila :
1)
Oleh kesalahan penilik.
2)
Oleh nilai deviasi yang tidak benar.
3)
Oleh nilai variasi yang tidak benar.
Kesalahan penilaian tersebut bahkan dalam keadaan yang baik dapat mencapai
0.5°.apabila kapal oleng ataupun menggangguk ,sehingga mawar pedoman menjadi
tidak tenang ,maka kesalahan tersebut dapat menjadi lebih besar.
Ke arah mana dan berapa besar kesalahn ini,tidak dapat di ketahui dengan
pasti.
a)
Misalkan Δb = kesalahan penilikan yang terbesar.
Posisi kapal ( S ) terletak di dalam
segi-empat-kesalahan ,ialah tempat kedua sektor baringan dari A dan B itu
saling memotong.
b)
Misalkan Δb = kesalahan sembir yang terbesar.
ASˊ = j , maka SSˊ = j.Cosec S. Sin
Δb
Pada baringan silang maka pengaruh
kesalahan dalam baringan adalah terkecil ,jika sudut antara garis-garis
baringan itu (LS) adalah ± 90°
Dalam
ΔASSˊ :
SSˊ = Sin Δb
J
Sin S
.
.͘ SSˊ = j. Cosec. Sin Δb.
Jadi agar supaya SSˊ sekecil mungkin
,maka j harus sekecil mungkin serta cosec S harus sekecil mungkin ( Cosec 90° =
1 )
Gambar
Kesimpulan :
Mengigat kesalahan dalam baringan
,pilihlah selalu benda – benda yang dekat dan sudut perpotongan garis – garis
baringan ±90°.
c)
Di tinjau dari urutan membaring ,baringlah lebih dahulu
benda yang berobah paling lambat ,ialah benda yang terdekat pada haluan kapal.
Jika A di baring lebih dahulu : Δ =
S2 k1
Jika B di baring lebih dahulu : Δ =
S2 K2
Di sini selalu S2K1 < S2K2.
Gambar.
21) Pengaruh arus pada baringan
dengan geseran.
Untuk geseran kita ambil : jauh terhadap air ,sedangkan yang sebenarnya adalah jauh terhadap dasar
laut.
Sebaiknya : sudut S = geseran = 90°
Akan tetapi hal ini memerlukan jangka
waktu yang lebih besar ,sehingga Δ geseran akan menjadi lebih besar
pula.sehingga nilai minimum geseran ,ambilah 30°.
Arus dari belakang, letak kapal menjauhi daratan , terhadap posisi kapal yang
Muka mendekati
Di tunjukan di peta.
Gambar.
Dengan arus dari belakang.
BBˊ =
haluan dan jauh yang di duga ,antara kedua penilikan ;
Sedangkan BB2 = H dan J yang sebenarnya.
S =
posisi kapal yang di tunjukan dipeta ,dan
Sˊ =
posisi sejati (letak kapal yang sebenarnya )
Apabila pada waktu penggeseran itu
arusnya tidak tepat datang dari belakang atau dari muaka , maka pengaruhnya
adalah berlainan.
Gambar.
Tanpa memperhitungkan arus ,akan kita
dapati bahwa garis baringan I yang di geserkan melalui titik C1 dan posisi
kapal menjadi S1.jika arus
diperhitungkan ,yang arah dan kekuatanya di tunjukan oleh garis panah maka
garis baringan yang di peroleh itu harus kita pindahkan ke arah arus tersebut
ialah ke titik C2 .garis baringan –I yang di geserkan menjadi C2S2 dan posisi
kapal adalah S2.
Dalam kedua hal tersebut ,maka gairs
baringan –II adalah tetap sama.
D. Penentuan tempat dan
pengukuran sudut.
22) Problema sinelius.
Suatu penentuan tempat yang snagat
teliti dapat kita peroleh dengan jalan mengukur sudut-sudut pada bidang datar
secara bersamaan ,dalam mana tiga benda yang di kenal di dalam peta ,terlihat
dua- berdua ( 2 orang penilik ).
Misalkan A, B ,dan C adalah ketiga benda yang di kenal
itu.
S = letak kapal dan sudut – sudut
yang di ukur ( dengan sekstan ) adalah
ASB = alppha dan BSC = beta.
Dari peta telah pula di ketahui
AB,BC, dan LB.
Maka sekarang posisi kapal dapat di
tentukan sebagai berikut :
a)
Secara konstruksi di peta laut:
1.
Lukislah di titk A : sudut BAX = alpha ,pada sisi lain
dari AB,bersebrangan dengan tempat si penilik.
2.
Tariklah garis di A garis tegak lurus pada AX dan tariklah
garis sumbu AB ,kedua garis mana saling memotong di titik pusat M 1 dari
lingkaran yang melalui A ,B dan S.
3.
Dengan cara yang sama ,kita dapati titik pusat M 2 dari
lingkaran yang melalui B ,C dan S.
4.
Maka titik potong kedua lingakaran tersebut memberikan
posisi kapal.(S)
b)
Sebagian perhitungan dan sebagian konstruksi.
1.
Jari- jari lingkaran yang melalui A,B,dan S =⅟₂ AB. cosec
α dapat di tentukan dengan daftar I
,lihat no 18 ,sub d.
2.
Jangkakanlah R dari A dan B,akan memberikan titik pusat
lingkaran dan seterusnya.
3.
Demikian pula lingkaran yang melalui B,C dan S.
c)
Dengan menggunakan stationpointer.
Lihat no.18 sub.B
d)
Dengan ilmu ukur sudut ,menghitung AS ,BS dan CS.
Kemudian jangkalah AS dari A dan BS
dari B.
Titik potongnya adalah posisi kapal.
Unutk pemeriksaan jangkalah CS dari
C.
23) Bila mana posisi kapal
tidak mungkin...?
Ini terjado apabila S dengan A,B,dan
C terletak pada satu lingkaran yang sama.
Dalam pemecahan – pemecahan soal ,hal
ini dapat di ketahui :
1)
Karena kita memperoleh dua lingkaran yang berhimpit satu
sama lain.
2)
Karena dalam berbagai kedudukan dari stationpointer ,
ketiga kakinya ( mistarnya berjalan melalui titik – titik A,B dan C.
Maka untuk mendapatkan posisi kapal ,baringlah salah satu titik
tersebut,titik potong dar lingkaran dan garis baringan tersebut adalah posisi
kapal.
Gambar.
3)
Dengan meninjau sudut-sudutnya.
Karena segi empat ABCS merupakan segi
empat tali busur.tetapi apabils titik tersebut terletak pada satu garis lurus
,ataupun titik yang di tengah letaknya lebih dekat dari pada yang dua lainya
,maka keadaan tersebut di atas ,tidak akan terjadi.
Gambar.
Penentuan tempat secara problema
sinelius ini dapat juga di gunakan unutk menentukan deviasi.
24) Keadaan yang terbaik.
Seperti halnya pada garis- garis
baringan ,juga problema sinelius akan memberikan posisi yang saksama ,jika
sudut dalam mana lingkaran – lingkaran tersebut saling memotong adalah sebesar
±90°.
Hindarilah sudut-sudut potong <
30° atau > 150°.
Di bumi AS,BS dan CS merupakan
lingkaran besar ,sedangkan di dalam peta di tarik sebagai garis – garis lurus
(loksodrom) seperti halnya pada baringan
– baringan pula ,sedapat mungkin pilihlah benda – benda yang letaknya
dekat kapal.
25) Sudut bahaya.
a)
Sudut bahaya datar ( horizontal danger angle )
Ini di gunakan unutk menghindari
bahaya – bahaya.
1.
Pilihlah dua titik A dan B yang di kenal di peta.
2.
Tariklah garis sumbu pada AB.
3.
Carilah pada garis sumbu tersebut , suatu titik X yang
dapat di gunakan sebagai titik pusat lingkaran untuk melukis tembereng melalui
A dan B,dalam mana semua bahaya itu tercakup serta kelilingnya cukup jauh dan
aman terhadap bahaya –bahaya tersebut.
4.
Hubungkanlah sembarang titik C pada tenbereng lingkaran
tersebut dengan A dan B serta ukurlah ACB = alpha dengan busur derajah.inilah
di sebut sudut bahaya datar.
5.
Di anjungan
,sewaktu kapl berlayar ,ukurlah sudut itu dengan sekstan dalam mana benda A dan
B itu telihat.jagalah agar sudut ini tidak menjadi lebih besar dari pada sudut
yang telah di ukur di peta.
Gambar.
b)
Sudut bahay tegak 9vertical danger angle ) .
Juga di gunakan unutk menghindari
bahaya – bahaya.
1.
Ambilah suatu titik yang di kenal di peta (tingginya di
ketahui ) sebagai titik pusat suatu lingkaran uyang mencakup semua bahaya –
bahaya itu,serta sekelilingnya cukup jauh dan aman terhadap bahaya – bahaya
tersebut.
2.
Sudut ( alpha ) dalam mana kita pada lingkaran itu melihat
titik tesebut di atas garis air ,di sebut sudut bahaya tegak ,dan ini dapat di
gunakan dengan .
Tg Alpha = tinggi
benda ( dalam meter )
Jari
–jari lingkara ( dalam meter )
Atau diambil dari dafter 25 ,dengan
argument – argument tinggi benda dalam meter / kaki dan jarak ke benda dalam
mil laut.
3.
Di anjungan ,sewaktu kapal berlayar ,ukurlah dengan
sekstan : tinggi benda tesebut di atas
air garis air.jagalah agar sudut ini tidak menjadi lebih besar dari pada tinggi
yang telah di hiutng tadi.
Gambar.
26) Mengunakan garis – garis
merkah ( garis – garis penuntun ).
Untuk memudahkan navigasi sering kali
dipasang merkah-merkah (menara suar, suar penuntun, dan rambu-rambu), sehingga
kita terhindar dari bahaya-bahaya dengan jalan menahan merkah-merkah ini
menjadi satu (berimpit)
Misalnya
untuk menunjukan jalan POR yang harus diikuti, merkah-merkah A,Aˊ,B,Bˊ,C dan
Cˊtelah di pasang demikian ,bahwa mula –mula kita harus menahan A dan Aˊmenjadi
satu ,sehingga kapal tiba pada garis BBˊ dan kemudian mengikuti garis merkah
CCˊ.
Gambar.
Apabila merkah – merkah demikian
tidak sengaja di pasang , kita pun dapat membuatnya sendiri di pata garis –
garis semacam itu ,misalkan denga pertolongan menara- menara ,rambu – rambu dan
benda – benda yang di kenal lainya di dalam peta.
27) Aturan ,..ikutilah tanda
di sebelah muka. (follow the front mark).
Gambar.
Untuk menahan merkkah – merkah
menjadi satu garis kembali ,maka di sini haluan harus di ubah ke kiri.
Apabila kedua merkah itu nampak
berimpit ( in transit ) kita harus mengambil baringan terhadapnya dan di
cocokan dengan arah yang di tunjukan di peta .hal ini akan memberikan kepastian
bahwa kedua merkah yang nampakk berimpit itu adalah benda – benda yang benar.
Garis – garis merkah dapat juga di
gunakan untuk menentukan / memeriksa devisa.